ILUSTRASI DAN BUNGA MAWAR PLASTIK
ILUSTRASI DAN BUNGA MAWAR PLASTIK
Hari itu, sabtu 26 Agustus 2017, pukul 16.15 WIB. Di rumah tepatnya dalam kamar, aku menghadap kertas bergaris dengan memegang pena hitam. Aku menggambar ilustrasi lalu memberi sajak disampingnya. Ilustrasi tentang hal yang kurasakan.
Aku memotretnya dengan kamera hp, lalu mengirim ke status. Berharap seseorang itu peka, bukan hanya perasaan terpendamku pada seseorang, namun juga rasa sedihku yang belum terobati.
26 Agustus 2017 / 18.09 WIB
-via whatsapp kak Else-
Kak Else : membalas status anda
Main kode nih? :v
Adilla : ...
Kak Else : semoga peka deh ya :v :v :v
Adilla : gitu aja sampe bego ._.
Kak Else : :D :v “-“
Gak ada, gak ada yang tahu siapa yang aku suka pada saat itu, kecuali kak Else, dia akan selalu tahu tanpa kuberi tahu. Aneh memang. Kayaknya yang melihat statusku, mengira aku masih belum bisa move on dari Ubay, dia mantan ku yang kuputuskan di sekolah pada pelajaran ppkn bulan kemarin.
Seperti biasa, grup pojerteu ramai, aku hanya menyimak menunggu Arwan ngetik kata “nyimak”. Aku selalu suka dengan kata-kata itu. hingga pada saat itu kata nyimak menjadi kata favoritku.
Apa kau tau wan? Ilustrasi yang kubuat itu untukmu? Ilustrasi yang kubuat itu untukmu. Apa dulu kamu peka? Kemana saja kamu dulu?
Dulu aku sama Arwan pertama chat waktu aku tiba-tiba saja membalas status-nya, waktu itu ia membuat status dengan foto waktu kecilnya. Aku kaget, waktu tiba-tiba pada layar ada nama Arwan, aku iseng membalas status-nya.
-via whatsapp Arwan-
Adilla : anda membalas status
Kecil pas masih polos :v
Arwan : insyaallah sekarang masih polos
Adilla : polos gapunya mata, idung, mulut :o :p :v
Menunggu balasannya lama, aku rasa ia sudah terlelap. Aku mematikan hp dan beranjak tidur.
Esoknya aku sekolah, di sekolahku waktu itu sudah ada perijinan membawa alat elektronik. Aku melihat hp, masih saja tak ada balasan dari Arwan. Perasaanku berkecambung, apa dia malas membaca bahkan membalas pesanku? Apakah dia termasuk cowok cuek? Aku membuyarkan fikiran negatif itu dan menenangkan diri.
Pukul 18.33 WIB, di rumah dan tidak mandi. Karena waktu itu pulang sekolah rasanya lelah, ditambah malas jika harus mandi. Aku membuka aplikasi whatsapp, ada notif pesan darinya. Lelahku seketika tenggelam, seperti baru saja mendapat doorprize naik haji gratis saja.
-via whatsapp Arwan-
Arwan : pas esde juga polos
Adilla : wkwkwk, kamu orangnya cuek ya
Arwan : loh iya ta?
Arwan : kemarin itu capek
Arwan : sekolah masuk pagi, jadi gak kuat tidur malam
Arwan : itu tadi juga di sekolah hp dikumpulin
Adilla : loh enggak, maksudku kalo di dunia nyata cuek, kalo di maya nggak
Arwan : cuek gimana?
...1 pesan belum dibaca...
Aku tersenyum, melihat dia yang nyepam chatku, bahkan tertawa saat dia berusaha membela dirinya. Itu awal pertama aku chat dengan dia, bahkan aku membuat snap wa yang mengode-ngode. Sepertinya dia peka, semakin lama, dia semakin mengerti perasaanku. Aku senang wan, waktu kamu tahu dan akhirnya kamu bersikap baik padaku.
10 September 2017, pukul 10.25 WIB. Waktu itu di rumah Shasa untuk kerja kelompok. Rumahnya ada di Perumahan Bintang Terang Utama, jalan Ki Ageng Gribig, Madyopuro. Perumahan itu indah, memasuki perumahan disajikan pemandangan dan hirup udara segar.
Sudah beberapa hari sebelumnya Arwan dichat tidak membalas, sepertinya dia kehabisan paketan. Kamu tahu wan? Saat itu, selama tanpa ada komunikasi dengan kamu, aku merasakan kamu semakin jauh, dan perasaanku biasa saja. Hingga rasanya kamu hilang begitu saja.
-via whatsapp Arwan-
Arwan : sorry baru bisa bales sekarang
Arwan : aku gak hilang kok
Arwan : paketanku habis, ini aja thatering ibuku
Adilla : oalah aku pikir hilang
Arwan : ...message picture...
Adilla : Ooh sampai kapan?
Arwan : sabar
Perasaan senang saat itu, sudah beberapa hari sebelumnya Arwan tak ada kabar, namun saat ini tiba-tiba memberi kabar, aku semakin percaya padanya, apalagi saat ia mengirim foto hasil screenshots whatsapp, yang membuatku semakin yakin, dia menyematkan chat ku. Foto yang ia kirim penuh arti, dia tak berbohong jika paketannya habis dan dia membuka hati untukku.
Aku merasa ada harapan, sudah saatnya aku memperjuangkan perasaanku, menumbuhkan rasa percaya padanya. Aku izin sudah dulu chatnya, karena saat itu aku sedang kerja kelompok, tak enak rasanya yang lain sibuk mengerjakan tugas, sedang aku malah asik-asik chattingan.
Jujur, saat itu aku tak ingin menghentikan chattingan denganmu wan, tapi bagaimanapun ada tugas yang lebih penting, aku juga tak enak pada teman-temanku.
“dil, jadi ini gimana konsepnya, secara kamu yang lebih ngerti kan?” tegur Insi kebingungan menatap layar laptop. Aku dan yang lain tertawa, muka Insi saat kebingungan lucu.
“jadi gimana kamu sama Ubay?”
Sial, masih saja teman-temanku membahasnya. Aku benci. Kalimat itu bagai kutukan untukku. Moodku kembali memburuk, aku langsung saja menghentikan gerakan tanganku pada kursor laptop, menatap dingin temanku itu dan hanya membalas dengan gelengan.
Aku membuka hp, membaca kembali chat hari itu dengan Arwan, senyumku mengembang, aku ingin berbalas pesan lagi dengannya.
Benar-benar sepi rasanya, pada saat itu juga aku tak punya keberanian untuk ngechat dia duluan, padahal aku yang pertama mengungkapkan perasaan itu. malam itu aku berinisiatif menyematkan chatnya, seperti hal yang ia lakukan padaku.
Ada rapat karang taruna malam itu, aku sudah lelah, tapi tak apalah mungkin saja bisa bertemu Arwan dan mampu mengusir lelahku. Sebenarnya malam itu ada pertandingan sepak bola arema, aku tahu dia orang yang mengidolakan bola, apalagi arema.
-via whatsapp Arwan-
Adilla : gak rapat?
Arwan : Arema
Arwan : rapat ayo dil, banyak yang lewat kayaknya
Adilla : ayo
Arwan : dijemput a?
Adilla : aku udah lewat rumahmu tadi, gak sadar kamu
Arwan : ya maaf a, kan rame
Saat aku melewati rumahnya, aku sebenarnya melihat dia di dalam bersama keluarganya. Jelas terlihat dari balik jendela, tentunya semua yang ada di dalam terlihat sibuk menatap tv. Aku tersenyum dari jauh wan waktu liat kamu, kamu gak akan tahu.
Adilla : aku udah di rumah kak Meilani, keluar o, kesini
Arwan : siap
Beberapa menit kemudian, terlihat Arwan keluar dari rumahnya dan menuju rumah kak Meilani. Kedatangannya disambut kakak-kakak pojerteu. Semua mulai menggoda, karena kabar kedekatanku dengannya sudah diketahui hampir seluruh anggota pojerteu.
“duduk disitu loh wan, sudah ditunggu dilla dari tadi e!” tegur mas Bima saat Arwan baru saja masuk dan memberi salam.
Mas Lucky yang awalnya duduk disebelahku menjadi berpindah tempat, mas Igo juga yang duduk di sebelah kananku geser sedikit menjauh. Aku tau maksud mereka, memberi tempat Arwan agar duduk didekat ku.
“sini wan!” seru mas Igo sambil menggeser pantatnya.
Aku melihatnya, melihat Arwan dari dekat. Jantungku lagi-lagi berdebar karenamu wan. Aku berusaha terlihat biasa saja, karena jika ketahuan salah tingkah, pasti kakak-kakak pojerteu mengusili kami lagi.
“gimana dil? Udah di door?” mas Roby mengalihkan pembicaraan
Arwan masih ditempatnya, tapi pandangannya fokus pada hp nya, aku tak tahu apa yang sedang ia sibukkan saat itu. sebenarnya aku ingin mengajaknya berbicara, tapi sepertinya ia sedang sibuk dengan hpnya. Akupun memilih sibuk dengan hp ku sendiri.
“wah gimana sih, padahal duduknya deket, tapi malah berbicara lewat whatsapp. Gimana ini anak jaman sekarang, wkwkw” timpal mas Dimas. Semua tertawa.
Mungkin mereka mengira seperti itu, padalah aku dan Arwan saat itu tak chattingan, kami sibuk dengan hp masing-masing.
“disimpen dulu a hpnya disimpen,” tambah mas Reza mengarah padaku dan Arwan.
“wah iniloh ada bunga wan, kasih ke dilla itu!” mas Bima dengan nada menggoda
Yang aku lihat saat itu, Arwan sedikit merespon, atau entahlah aku tak mampu menggambarkan perasaan Arwan saat itu. yang aku tahu, aku ingin berteriak sekencang-kencangnya.
Arwan meletakkan hpnya di meja dan melirik bunga plastik itu. “diem-dieman gimana ini?!” mas Bima memecahkan keheningan, sembari menyaut salah satu bunga mawar plastik itu dari vas.
“gini loh wan, tak kasih contoh! Dek dilla, ini ada bunga, memang bunga ini plastik, seperti cintaku padamu yang palsu, karena sesungguhnya cinta yang asli hanya pada tuhan...” mas Bima meragakan penuh drama romantika. Semua tertawa, Arwan tertawa. Aku merasa nyaman melihat tawanya.
Bunga yang ditangan mas Bima direbut mas Reza untuk diberikan pada Arwan, “ini wan, kasihin, ikuti kata-kataku”
Jangan tanya aku bagaimana saat itu, aku merasa kupu-kupu kembali terbang dalam perutku, pipiku menghangat, entah aku harus apa saat itu. Arwan menggeleng dengan tawa seperti orang yang sedang salah tingkah.
Semua kakak-kakak pojerteu menyaksikan dengan tawa-tawa mereka.
Arwan menegakkan duduknya, mengambil bunga diatas meja, tiba-tiba ia serahkan padaku, namun yang aku lihat saat itu kepalanya tak menoleh ke arahku, hanya tangannya. Aku menahan tawa, dia seperti malu-malu, lucu.
“ini...” dengan menyerahkan.
Aku tak menerima bunga mawar plastik itu, aku tertawa, namun lebih banyak salah tingkahnya. Aku selalu ingat malam itu wan. Bunga mawar plastik yang lucu. Walau kau mungkin sudah mengetahui tentang orang bernama Faisal, yang memberiku bunga mawar asli saat di sekolah.
Dia Faisal, mantanku saat pertama masuk kelas 7 smp lalu. Kamu sudah aku beri tahu tentangnya wan. Dia ingin kembali padaku, dia mengejarku lagi, tapi aku tak mau, aku sudah milik kamu wan.
Hari itu, sabtu 26 Agustus 2017, pukul 16.15 WIB. Di rumah tepatnya dalam kamar, aku menghadap kertas bergaris dengan memegang pena hitam. Aku menggambar ilustrasi lalu memberi sajak disampingnya. Ilustrasi tentang hal yang kurasakan.
Aku memotretnya dengan kamera hp, lalu mengirim ke status. Berharap seseorang itu peka, bukan hanya perasaan terpendamku pada seseorang, namun juga rasa sedihku yang belum terobati.
26 Agustus 2017 / 18.09 WIB
-via whatsapp kak Else-
Kak Else : membalas status anda
Main kode nih? :v
Adilla : ...
Kak Else : semoga peka deh ya :v :v :v
Adilla : gitu aja sampe bego ._.
Kak Else : :D :v “-“
Gak ada, gak ada yang tahu siapa yang aku suka pada saat itu, kecuali kak Else, dia akan selalu tahu tanpa kuberi tahu. Aneh memang. Kayaknya yang melihat statusku, mengira aku masih belum bisa move on dari Ubay, dia mantan ku yang kuputuskan di sekolah pada pelajaran ppkn bulan kemarin.
Seperti biasa, grup pojerteu ramai, aku hanya menyimak menunggu Arwan ngetik kata “nyimak”. Aku selalu suka dengan kata-kata itu. hingga pada saat itu kata nyimak menjadi kata favoritku.
Apa kau tau wan? Ilustrasi yang kubuat itu untukmu? Ilustrasi yang kubuat itu untukmu. Apa dulu kamu peka? Kemana saja kamu dulu?
Dulu aku sama Arwan pertama chat waktu aku tiba-tiba saja membalas status-nya, waktu itu ia membuat status dengan foto waktu kecilnya. Aku kaget, waktu tiba-tiba pada layar ada nama Arwan, aku iseng membalas status-nya.
-via whatsapp Arwan-
Adilla : anda membalas status
Kecil pas masih polos :v
Arwan : insyaallah sekarang masih polos
Adilla : polos gapunya mata, idung, mulut :o :p :v
Menunggu balasannya lama, aku rasa ia sudah terlelap. Aku mematikan hp dan beranjak tidur.
Esoknya aku sekolah, di sekolahku waktu itu sudah ada perijinan membawa alat elektronik. Aku melihat hp, masih saja tak ada balasan dari Arwan. Perasaanku berkecambung, apa dia malas membaca bahkan membalas pesanku? Apakah dia termasuk cowok cuek? Aku membuyarkan fikiran negatif itu dan menenangkan diri.
Pukul 18.33 WIB, di rumah dan tidak mandi. Karena waktu itu pulang sekolah rasanya lelah, ditambah malas jika harus mandi. Aku membuka aplikasi whatsapp, ada notif pesan darinya. Lelahku seketika tenggelam, seperti baru saja mendapat doorprize naik haji gratis saja.
-via whatsapp Arwan-
Arwan : pas esde juga polos
Adilla : wkwkwk, kamu orangnya cuek ya
Arwan : loh iya ta?
Arwan : kemarin itu capek
Arwan : sekolah masuk pagi, jadi gak kuat tidur malam
Arwan : itu tadi juga di sekolah hp dikumpulin
Adilla : loh enggak, maksudku kalo di dunia nyata cuek, kalo di maya nggak
Arwan : cuek gimana?
...1 pesan belum dibaca...
Aku tersenyum, melihat dia yang nyepam chatku, bahkan tertawa saat dia berusaha membela dirinya. Itu awal pertama aku chat dengan dia, bahkan aku membuat snap wa yang mengode-ngode. Sepertinya dia peka, semakin lama, dia semakin mengerti perasaanku. Aku senang wan, waktu kamu tahu dan akhirnya kamu bersikap baik padaku.
10 September 2017, pukul 10.25 WIB. Waktu itu di rumah Shasa untuk kerja kelompok. Rumahnya ada di Perumahan Bintang Terang Utama, jalan Ki Ageng Gribig, Madyopuro. Perumahan itu indah, memasuki perumahan disajikan pemandangan dan hirup udara segar.
Sudah beberapa hari sebelumnya Arwan dichat tidak membalas, sepertinya dia kehabisan paketan. Kamu tahu wan? Saat itu, selama tanpa ada komunikasi dengan kamu, aku merasakan kamu semakin jauh, dan perasaanku biasa saja. Hingga rasanya kamu hilang begitu saja.
-via whatsapp Arwan-
Arwan : sorry baru bisa bales sekarang
Arwan : aku gak hilang kok
Arwan : paketanku habis, ini aja thatering ibuku
Adilla : oalah aku pikir hilang
Arwan : ...message picture...
Adilla : Ooh sampai kapan?
Arwan : sabar
Perasaan senang saat itu, sudah beberapa hari sebelumnya Arwan tak ada kabar, namun saat ini tiba-tiba memberi kabar, aku semakin percaya padanya, apalagi saat ia mengirim foto hasil screenshots whatsapp, yang membuatku semakin yakin, dia menyematkan chat ku. Foto yang ia kirim penuh arti, dia tak berbohong jika paketannya habis dan dia membuka hati untukku.
Aku merasa ada harapan, sudah saatnya aku memperjuangkan perasaanku, menumbuhkan rasa percaya padanya. Aku izin sudah dulu chatnya, karena saat itu aku sedang kerja kelompok, tak enak rasanya yang lain sibuk mengerjakan tugas, sedang aku malah asik-asik chattingan.
Jujur, saat itu aku tak ingin menghentikan chattingan denganmu wan, tapi bagaimanapun ada tugas yang lebih penting, aku juga tak enak pada teman-temanku.
“dil, jadi ini gimana konsepnya, secara kamu yang lebih ngerti kan?” tegur Insi kebingungan menatap layar laptop. Aku dan yang lain tertawa, muka Insi saat kebingungan lucu.
“jadi gimana kamu sama Ubay?”
Sial, masih saja teman-temanku membahasnya. Aku benci. Kalimat itu bagai kutukan untukku. Moodku kembali memburuk, aku langsung saja menghentikan gerakan tanganku pada kursor laptop, menatap dingin temanku itu dan hanya membalas dengan gelengan.
Aku membuka hp, membaca kembali chat hari itu dengan Arwan, senyumku mengembang, aku ingin berbalas pesan lagi dengannya.
Benar-benar sepi rasanya, pada saat itu juga aku tak punya keberanian untuk ngechat dia duluan, padahal aku yang pertama mengungkapkan perasaan itu. malam itu aku berinisiatif menyematkan chatnya, seperti hal yang ia lakukan padaku.
Ada rapat karang taruna malam itu, aku sudah lelah, tapi tak apalah mungkin saja bisa bertemu Arwan dan mampu mengusir lelahku. Sebenarnya malam itu ada pertandingan sepak bola arema, aku tahu dia orang yang mengidolakan bola, apalagi arema.
-via whatsapp Arwan-
Adilla : gak rapat?
Arwan : Arema
Arwan : rapat ayo dil, banyak yang lewat kayaknya
Adilla : ayo
Arwan : dijemput a?
Adilla : aku udah lewat rumahmu tadi, gak sadar kamu
Arwan : ya maaf a, kan rame
Saat aku melewati rumahnya, aku sebenarnya melihat dia di dalam bersama keluarganya. Jelas terlihat dari balik jendela, tentunya semua yang ada di dalam terlihat sibuk menatap tv. Aku tersenyum dari jauh wan waktu liat kamu, kamu gak akan tahu.
Adilla : aku udah di rumah kak Meilani, keluar o, kesini
Arwan : siap
Beberapa menit kemudian, terlihat Arwan keluar dari rumahnya dan menuju rumah kak Meilani. Kedatangannya disambut kakak-kakak pojerteu. Semua mulai menggoda, karena kabar kedekatanku dengannya sudah diketahui hampir seluruh anggota pojerteu.
“duduk disitu loh wan, sudah ditunggu dilla dari tadi e!” tegur mas Bima saat Arwan baru saja masuk dan memberi salam.
Mas Lucky yang awalnya duduk disebelahku menjadi berpindah tempat, mas Igo juga yang duduk di sebelah kananku geser sedikit menjauh. Aku tau maksud mereka, memberi tempat Arwan agar duduk didekat ku.
“sini wan!” seru mas Igo sambil menggeser pantatnya.
Aku melihatnya, melihat Arwan dari dekat. Jantungku lagi-lagi berdebar karenamu wan. Aku berusaha terlihat biasa saja, karena jika ketahuan salah tingkah, pasti kakak-kakak pojerteu mengusili kami lagi.
“gimana dil? Udah di door?” mas Roby mengalihkan pembicaraan
Arwan masih ditempatnya, tapi pandangannya fokus pada hp nya, aku tak tahu apa yang sedang ia sibukkan saat itu. sebenarnya aku ingin mengajaknya berbicara, tapi sepertinya ia sedang sibuk dengan hpnya. Akupun memilih sibuk dengan hp ku sendiri.
“wah gimana sih, padahal duduknya deket, tapi malah berbicara lewat whatsapp. Gimana ini anak jaman sekarang, wkwkw” timpal mas Dimas. Semua tertawa.
Mungkin mereka mengira seperti itu, padalah aku dan Arwan saat itu tak chattingan, kami sibuk dengan hp masing-masing.
“disimpen dulu a hpnya disimpen,” tambah mas Reza mengarah padaku dan Arwan.
“wah iniloh ada bunga wan, kasih ke dilla itu!” mas Bima dengan nada menggoda
Yang aku lihat saat itu, Arwan sedikit merespon, atau entahlah aku tak mampu menggambarkan perasaan Arwan saat itu. yang aku tahu, aku ingin berteriak sekencang-kencangnya.
Arwan meletakkan hpnya di meja dan melirik bunga plastik itu. “diem-dieman gimana ini?!” mas Bima memecahkan keheningan, sembari menyaut salah satu bunga mawar plastik itu dari vas.
“gini loh wan, tak kasih contoh! Dek dilla, ini ada bunga, memang bunga ini plastik, seperti cintaku padamu yang palsu, karena sesungguhnya cinta yang asli hanya pada tuhan...” mas Bima meragakan penuh drama romantika. Semua tertawa, Arwan tertawa. Aku merasa nyaman melihat tawanya.
Bunga yang ditangan mas Bima direbut mas Reza untuk diberikan pada Arwan, “ini wan, kasihin, ikuti kata-kataku”
Jangan tanya aku bagaimana saat itu, aku merasa kupu-kupu kembali terbang dalam perutku, pipiku menghangat, entah aku harus apa saat itu. Arwan menggeleng dengan tawa seperti orang yang sedang salah tingkah.
Semua kakak-kakak pojerteu menyaksikan dengan tawa-tawa mereka.
Arwan menegakkan duduknya, mengambil bunga diatas meja, tiba-tiba ia serahkan padaku, namun yang aku lihat saat itu kepalanya tak menoleh ke arahku, hanya tangannya. Aku menahan tawa, dia seperti malu-malu, lucu.
“ini...” dengan menyerahkan.
Aku tak menerima bunga mawar plastik itu, aku tertawa, namun lebih banyak salah tingkahnya. Aku selalu ingat malam itu wan. Bunga mawar plastik yang lucu. Walau kau mungkin sudah mengetahui tentang orang bernama Faisal, yang memberiku bunga mawar asli saat di sekolah.
Dia Faisal, mantanku saat pertama masuk kelas 7 smp lalu. Kamu sudah aku beri tahu tentangnya wan. Dia ingin kembali padaku, dia mengejarku lagi, tapi aku tak mau, aku sudah milik kamu wan.

Komentar
Posting Komentar