TANPANYA

 1 Desember 2017,

Selamat datang desember,
Desember yang akan kulewati tanpanya. Pupus sudah gambaran akhir tahun yang ku impikan. Tak apa, aku masih bisa menikmati jagung bakar dengan rasa pedas manis yang masih hangat.

Lalu tersajikan sosis-sosis bakar dengan disandingi roti bakar yang didalamnya terdapat keju mozarela yang lembut. Aku-pun masih dapat mendengar lantunan musik-musik dengan earphone di telinga.

Atau aku memilih memainkan gitar untuk menanti tengah malam datang. Aku juga punya waktu memejamkan mata sejenak, lalu tenggelam dalam senyap keremangan malam, bernostalgia sebentar saja, untuk mengingat apa saja yang pernah terjadi ditahun itu, sebelum aku menginjak tahun yang baru.

Tentu saja harus menjadi sosok yang lebih baik. Dan saat tiba tengah malam, aku bisa melihat semburat kembang api di langit yang membuat bintang-bintang menari, akan ku hikmad-i suara-suara bising itu, dengan menyesap green tea atau coklat panas, memedamkan api yang selalu mengobarkanku, menerima semua yang telah berlalu.

Menyambut tahun baru. Tak apa aku sendiri, yang terpenting hatiku sudah tak berisik. Biarkan pertengahan malam itu semua kenangan tumpah seluruhnya, biarkan air mata mengalir deras, lalu biarkan aku meninggalkan semuanya.

18 Desember 2017,

Membuka hati,
Saat itu, aku mulai membuka hati untuk Aga, dan dia sangat senang saat itu. aku menyadari satu hal, ternyata membuka hati untuk orang lain tak sesulit yang aku bayangkan dahulu. Jika kulihat diriku yang dulu, seperti tak mampu hidup tanpa Arwan, seakan cintaku habis untuk siapapun.
Namun perasaanku masih sama, perasaan pada Arwan masih saja tak dapat hilang, terkadang aku benar-benar ingin dia kembali, dan untungnya Aga tak merasa berat dengan itu, dia bahkan tau perasaanku pada Arwan masih belum hilang sepenuhnya.

“gapapa kalau perasaan kamu masih belum bisa ilang sepenuhnya, yang penting kamu sekarang perlahan membuka hati buat aku, aku bantu move on, hehe”

Sungguh aku tak pernah melihat cowok seperti Aga. Aku belajar mengikhlaskan, dan belajar menumbuhkan perasaan untuk Aga.


29 Desember 2017,

Hadirmu sudah menjadi masa kelamku.
Mimpi yang tiba-tiba pecah menjadi serpihan-serpihan kecil saat kau tinggalkan segalanya. Meninggalkan bau harummu dalam sapaan dan berakhir menjadi kenangan. Berakhir dengan menoreh jejak luka yang teramat mendalam.

Luka itu menemani diri kian kau kembali. Namun, kau kembali dengan diri yang berbeda. Diri yang tak lagi ingin kumiliki. Tak lagi ingin mencintai.
Padahal, hati ini masih sama berharap padamu. Padamu yang kini menganggap tak pernah ada kita. Kita yang dulu mengukir cerita dengan bahagia.

Cerita yang disaksikan langit biru berawan, tumpuan karang yang menggunung, air laut yang sesekali menyapa mencium bibir pantai, lalu pasir yang tak menghitam oleh teriknya sang surya. Mungkin sesekali angin mengalunkan lagu harmoni.

Kau ingat itu? Semesta saja selalu mengingatkan aku akan hal itu.

Suasana itu hanya terjadi sekali dalam hidupku, tak mungkin kulupakan, aku bisa saja mengulangnya denganmu, tapi kau telah tertinggal mati oleh rasamu yang berubah menjadi pahit, atau bisa saja melakukan hal itu dengan orang lain, tapi tak akan ada yang mampu membuat suasa seperti itu.

Nyatanya memang tak ada yang mampu menggantikanmu.

Ingin kutulis sejuta kata untukmu, namun mungkin kau menolaknya. Disaat aku berada dalam ruang gelap, senja tak menyapa, ingin saja ku berteriak, ingin saja ku meringkuk, tapi pada siapa?

Aaaaa semesta!!!

Dengan diriku yang saat ini teramat lemah karenamu. Apa kau sekedar tahu betapa hancurnya aku? Tak perlu memahami, hanya sekedar tahu.

1 Januari 2018, 00.18 WIB.

Aku tinggalkan tahun 2017, sudahlah itu sudah usai, tapi mari memejamkan mata sejenak, mengenang segala hal sebelum menguburnya dalam-dalam. Saatnya membuka lembar baru, lembar yang masih utuh, bersih dan tertata rapi. Tak apa aku menangis pilu, setengah hatiku terasa berat dikala nyatanya aku harus meninggalkan tahun kemarin.

Air mata ini tak akan membuatmu kembali walau bagaimanapun.

Rindu ini memecah, air mata ini lepas hingga menjatuhkan beberapa luka. Namun, bukan berarti aku tak senang, aku senang setidaknya aku bisa membuka lembar baru, hati ini tak sabar lagi berjalan di hal-hal yang lebih berarti.

Selamat tinggal kau yang masih terngiang, atau mungkin memang tak pernah hilang dari ingatan. Semoga kau berbahagia dengan jalan hidupmu yang baru.

Kini akupun harus sanggup berdiri, seperti yang kau katakan, “jangan membenci orangnya, benci perpisahannya.” Aku memaafkanmu, merelakanmu, kini kuanggap kau cerita yang telah usai.

13 Januari 2018,

Bagaimana dengan kabar,
Sabtu itu, Safitri ke rumah karena aku yang memintanya, aku butuh teman untuk menemaniku, kebetulan saat itu rumah sedang sepi. Benar, setiap sepi menghampiri, bayangan tentang Arwan pun akan mengambil celah untuk mengusikku lagi.

“gimana kabar Al-qur’an itu ya Dill?” seolah berfikir sambil membuka lembar demi lembar novel milikku,
Aku memalingkan wajah dari hp menatap langit-langit, “iya ya...tapi udah jangan fikirin itu lagi, entah apa yang dia lakuin sama Al-qur’an itu, lagian aku ngasihnya kan ikhlas, sesuatu yang udah diberikan gak perlu difikirin,” kembali menatap hp.

Safitri beranjak dari kursi meja belajarku dan duduk di kasur mendekatiku, aku rasakan ia melirikku dan berbaring, “ya kamunya ikhlas, tapi aku gak terima kalau dia ngasih Al-qur’an itu ke orang lain, gimana pun dulu belinya perlu perjuangan kan, sampe hampir kena begal pula...”

Aku menaruh hp, memeluk lutut, “gak tahu nis, hanya Allah yang tahu apa kabar Al-qur’an itu...” menunduk pilu.

Dunia ini benar-benar kejam.

Aku bagai satu dari ribuan mahkluk yang paling bodoh pernah mempercayaimu.

Pernah mencintaimu.

Dan lagi aku tertunduk lesu.

“kalau sampai bener dia gak gunain Al-qur’an itu, dia emang bener-bener berengsek! Dan juga ia bakal dosa lah mengabaikan Al-qur’an itu!” Safitri bangkit dengan sedikit emosi,
Aku masih memeluk lutut sambil menyembunyikan wajahku menunduk,

“Dill...hp kamu ada notif tuh!”

menggerakkan badanku, aku meraih hp, notif dari Aga. Tuhan aku perlu berterima kasih padamu, saat-saat aku akan benar-benar terpuruk lagi, masih ada seseorang yang mencegahku.

“kamu hati-hati dengan hati Dill, jangan lagi kamu lakuin kesalahan kayak waktu sama Arwan,” aku hanya mengangguk, Safitri tau aku sudah dengan Aga, tapi dia lebih tau perasaanku masih berat pada Arwan.

20 Maret 2018, 17.07 WIB.

Aku yang sekarang,
Cerita ini telah usai, aku banyak belajar dari Arwan, aku tak membencinya. Bahkan aku ingin berterima kasih padanya, dengan itu aku menjadi lebih kuat sekarang. Dan bagaimana Arwan sekarang, aku tak begitu mengetahuinya, tapi aku dan dia sudah berdamai. Dan aku yang sekarang sudah bahagia dengan orang lain.

Mungkin disana Arwan juga bahagia dengan orang lain, semoga saja.

Sesekali terkadang aku rindu, ingin sekali menyapa, ingin saja kembali padanya. Tapi semua itu tak akan mungkin, aku tak ingin merusak kebahagiaannya. Dan tentunya aku sekarang bersama seseorang yang aku cintai lebih dari rasa cintaku pada Arwan dahulu.

Kurasa Arwan juga begitu.

Cerita ini berakhir bisa saja karena memang sudah menjadi takdir aku dan dia. Dia-pun sudah menemukan seseorang yang ia cinta, begitupun aku.

Bagaimanapun masalalu bukanlah musuh, masalalu adalah sebuah kepingan yang memberikan pelajaran berharga dimasa mendatang.

Dan pengharapan yang berlebihan akan menyajikan kekecewaan yang juga berlebihan. Tak semua cerita berakhir bahagia dengan berada di atas pelaminan berdua. Semua cerita akan berakhir dengan semestinya, jika seseorang itu mampu memandang dalam sisi baiknya. Bahwa setiap hidup menyajikan banyak pelajaran.

Cinta itu tak kejam, perpisahan itu tak menyedihkan, ikhlaskan saja segala yang terjadi, tidak terlalu berharap pada manusia, cukup berharap pada tuhan. Tak perlu takut untuk memulai, seperti halnya jika lapar, jika tak makan dan merasakan betapa enaknya suatu makanan itu, karena hanya melihatnya tanpa ikut merasakan, maka hanya rasa ingin yang datang, bukan rasa kenyang.

Malang, 20 Maret 2018

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI-PUISI YANG TAK SEMPAT TERSAMPAIKAN

USIA DI 15 TAHUN