CEMAS
CEMAS
Seperti biasa, setiap pulang sekolah Arwan menghubungiku. Saat itu aku masih di masjid, selesai sholat ashar. Menerima telfon Arwan. Katanya dia belum sholat ashar, karena masih belum bel pulang, kasian, hehe.
Saat aku sedang asik berbicara dengan Arwan, aku terlonjak, tiba-tiba saja ada yang menyaut hp ku, kufikir guru, ternyata temanku, Amin. Aku sebal dengannya, dia selalu terlalu mencampuri segala urusanku, dia sangat terobsesi denganku. Aku tak suka itu.
Tapi untunglah bukan guru yang mengambil hp ku dengan tiba-tiba. Tapi aku tetap sebal, bagaimana tidak? Jika saat itu Amin dengan sengaja merebut hp ku dan berbicara dengan Arwan.
“halo, aku Amin”
“temannya dilla”
Aku segera merebut hp ku kembali dan menatap tajam Amin, “gak sopan!” aku menjauh.
“halo wan, maaf wan maaf, itu tadi Amin temenku usil, maaf, dia bukan siapa-siapaku kok” aku benar-benar takut Arwan tak percaya padaku.
“Amin? Siapa itu? jangan dekat-dekat dia”
“iya wan, sudahlah lupakan dia”
Aku dulu mungkin sangat tertutup dengan Arwan, aku jarang bahkan hampir tak pernah bercerita tentang masalah-masalahku. Aku hanya tak ingin membawanya dalam masalah yang aku alami. Sungguh sebenarnya aku selalu risih dengan segala chat yang masuk selain dari Arwan. Pesan-pesan yang tidak penting, dan tentunya dari cowok-cowok yang gak penting.
Bukannya aku ingin memamerkan diri, atau membanggakan diri, dulu faktanya memang banyak yang mau denganku. Amin termasuk kedalamnya, dia bahkan yang terobsesi denganku mulai dari kelas 7.
Lalu juga ada saja mantan-mantan yang meminta ingin balikan, aku bicara fakta tentang ini. Aku berjuang bertahan pada Arwan, menahan agar perasaanku pada Arwan tetap utuh dikala banyak godaan. Ditambah lagi adek kelas yang dengan tidak sungkan menyatakan perasaannya, walau dia sudah tau aku menyukai orang lain.
Aku lelah dengan semua itu. aku hanya ingin Arwan.
“lagian sehebat apa dia sampai kamu menolak semua?” menekuk tangan di depan dada.
“aku gak bisa jawab...” aku bingung.
Kak Else benar-benar penasaran pada Arwan.
“dia cowok biasa kak El, bahkan mungkin tak lebih baik dari para cowok yang aku tolak, dia tak begitu tampan, tapi aku yakin kak El, dia punya rasa yang lebih dari sekedar rasa, dia punya pribadi yang baik, dan dia punya aku” aku tak tahu tiba-tiba kalimat itu keluar dengan gamblang dari mulutku. Bahkan aku merasa bukan menjadi dirku sendiri.
Aku lihat kak Else menyimak dalam-dalam kalimatku, ia seperti pendengar yang baik, mampu merasakan apa yang aku rasakan. Dia tersenyum padaku, “hmm, jadi kamu udah paham ginian ya, haha” aku tersipu malu dengan ucapan kak Else.
Malamnya aku masih berfikir, apakah Arwan percaya padaku? Amin bukan siapa-siapaku. Semoga saja dia bisa melupakan kejadian tadi. Aku paham saat itu, aku mulai takut kehilangan Arwan, ternyata begini rasanya menjadi Arwan yang takut kehilangan.
Aku teringat ultahnya, tanggal 25 oktober katanya, berbeda 5 hari denganku, aku tanggal 30 oktober. Aku membuka buku diary-ku dan mencatat segala hal yang akan kupersiapkan untuk ultahnya nanti, aku ingin membuat surprize untuknya, aku ingin dia merasa senang, dan jadi kenangan yang akan ia ingat.
“niat banget, haha”
Aku membalas dengan tawa. Ya inilah diriku, jika sudah bersungguh-sungguh memang selalu niat, aku hanya ingin memberi yang terbaik untuk Arwan. Aku meminta bantuan Fathur dan kak Wulan.
3 Oktober 2017. Kalau gak salah ditanggal itu, saat aku melihat profil Arwan, ia mengubah statusnya menjadi kenyot’s. Aku sangat senang mengetahui itu, artinya memang aku sudah jadi miliknya, dengan itu pula agar jika ada yang mendekatinya tau bahwa dia sudah punya seseorang.
Aku tak langsung mengubah statusku juga, aku menunggu beberapa hari, sampai pada tanggal 9 Oktober 2017, baru aku mengganti statusku dengan tulisan klutik.
Bagaimana respon Arwan saat itu?
Bahkan ternyata ia juga membuat fotoku dengan dia sebagai wallpaper chatnya, aku merasa sangat dicintai, begitu banyak bukti bahwa perasaannya benar padaku, tapi terkadang aku masih saja mencari kepastian, seperti rasanya bagiku semua itu selalu tak cukup. Aku minta maaf akan sikapku saat itu.
Melihat Arwan yang seperti itu, aku membuat fotoku dengan dia sebagai tampilan hp dan memposting-nya di instagram, dia comment “unch”, banyak comment bermunculan, tapi aku tak terlalu menanggapinya, hanya memberi tanda suka pada comment yang Arwan beri.
-via whatsapp Arwan-
Adilla : aku gak suka gombalan
Arwan : sukanya apa?
Arwan : kepastian?
Arwan : pasti-pasti, tapi bukan sekarang
Arwan : sabar
Padahal aku mau menjawab ‘sukanya kamu’ tapi dia sudah nyepam begitu, yasudah aku hanya diam, aku pegang kata-kata Arwan ‘pasti-pasti, tapi bukan sekarang’ itu artinya suatu saat nanti.
Arwan suka lagu imagination-nya Shawn Mendes, aku gak nyangka dia juga suka Shawn Mendes. Aku lebih suka, bahkan playlist ku penuh lagu Shawn Mendes. Katanya, lagu itu sama kayak yang ia rasain. Aku malah merasa lagu itu lebih aku yang ngerasain. Arti lagu itu mendalam, aku suka semua lagu Shawn Mendes, karena semua pernah aku rasakan.
Aku menyadari satu hal, jika kita dekat dengan seseorang, kita akan perlahan mengetahui hal-hal yang belum pernah kita ketahui dari orang tersebut.
Aku ingat saat aku membahas orang yang pernah ia sukai, ia tak mau membahasnya lebih lanjut, lalu ia memberi gombalan padaku,
Arwan : kamu punya penghapus sama pensil?
Adilla : nggak
Arwan : yah gak enak i
Adilla : lah trus gimana?
Arwan : jawab o buat apa
Adilla : iya wes
Adilla : buat apa?
Arwan : penghapus buat menghapus masa laluku dengan dia,
Pensil buat menulis masa depan kita :v
Adilla : kita? Kamu aja :v
Arwan : aaa gak enak dilla digombali
Adilla : lagi-lagi
Arwan : hmmm, bentar
Arwan : kamu tau kenapa pelangi Cuma setengah?
Adilla : kenapa?
Arwan : soalnya separuhnya ada dimatamu
Adilla : haha, emang tau? Kapan liatnya
Arwan : di mimpi
Apa Arwan sebal saat itu? haha, aku bersikap seolah anak polos yang tak pernah digombali. Habisnya Arwan lucu, selalu ada-ada saja. Dia selalu berhasil membuatku tertawa.
Dia rajanya gombal, aku seorang puitis. Lengkap sudah, begitu kata teman-temanku saat aku bercerita tentang Arwan. Jadi ingat pada saat itu aku memberinya sebuah sajak sederhana.
Wajah hitam yang manis,
Bibir yang membentuk lekukan hangat,
Suara berat yang tentram,
Langkah kaki yang mantap,
Semua itu menciptakan benih rindu,
Membuatku tak ingin berlalu,
Namun mendatangkan pilu.
Sajak sederhana, tak seindah milik Chairil Anwar. Maafkan aku wan, sajakku mungkin tak ada indah-indahnya. Namun ya itulah yang bisa aku gambarkan tentangmu, dan hampir setiap hari aku takut kau akan pergi meninggalkanku. karena diriku ini, diriku yang tak seperti kau harapkan. Aku berusaha menjadi yang terbaik wan.
11 Oktober 2017. Malam itu, aku sedikit cemas dengan snap whatsapp milik Arwan, dia seperti sedang sakit, tapi aku berusaha positif thinking. Namun saat aku chat dengan Arwan, ia bilang ia sedang gagar otak. Aku sebal dengannya, aku merasa ia hanya bercanda. Jika ia sedang gagar otak, tak mungkin ia bisa berbalas pesan denganku.
Tapi tiba-tiba muncul sebuah pesan dari nomor tidak dikenal,
-via whatsapp 0838XXX-
0838XXX : hai...ini temannya Arwan
Adilla : laki? Cewek?
0838XXX : cewek
0838XXX : emmm...anu
0838XXX : aku sama Arwan disuruh jelasin ke kamu yang tentang dia tadi jatuh di lapangan
Adilla : beneran itu?
0838XXX : beneran hee
Aku langsung cemas saat itu, apa benar? Aku menyimpan nomor itu, tambahkan kontak, temen Arwan.
Temen Arwan: jadi, tadi pas aku or kasti.. pas aku mau home run pas ada musuh,
Itu aku kan bingung.. terus tiba-tiba ada Arwan lari dibelakangku.. tapi aku
gatau.. akhirnya dia nabrak aku terus jatuh
Temen Arwan : lah jatuhnya itu pas kepalanya dulu
Temen Arwan : nah aku kan takut lek ada apa-apa
Temen Arwan : soale aku yang ketabrak
Temen Arwan : jadi.. kamu percaya o ke Arwan
Jadi bener? Arwan habis jatuh? Maafkan aku yang tak mempercayaimu waktu itu, hingga membuat kamu meminta pada temanmu untuk menjelaskan semuanya. Sungguh saat itu aku merasa sangat salah telah tak percaya padamu.
Adilla : trus waktu itu keadaan dia gimana?
Temen Arwan : ya kayak kaget gitu
Temen Arwan : akunya juga kaget
Temen Arwan : tapi gapapa kok udahaan
Adilla : owalah oke makasih penjelasannya
Temen Arwan : okee.. maaf yo
Temen Arwan : kamu lak pacare Arwan se
...2 pesan belum dibaca...
Aku langsung mengirim pesan pada Arwan, aku benar-benar cemas walau sebenarnya itu hanya luka biasa, tapi aku takut sesuatu terjadi padanya. Aku menyuruhnya istirahat. Maafkan aku wan, maaf jika saat itu aku tak mempercayaimu, aku hanya tak suka jika kau bercanda dengan penyakit. Aku takut kamu hilang.
Malam itu aku masih saja cemas, aku cerita pada Amin, karena saat itu yang ada hanya dia. Kuharap Arwan sedang istirahat.aku benar-benar cemas, tak tahu apa yang harus kulakukan, aku hanya bisa menatap layar handphone. Mengetahui berita itu aku ingin langsung berlari ke rumahnya. Mungkin kalian bisa menilai aku berlebihan, tapi bukankah jika kita mengetahui orang yang sangat kita sayang sedang mengalami suatu hal, kita akan sangat cemas.
Kata Arwan aku tak boleh cemas, jika aku cemas, ia akan lebih sakit. Beri aku cara wan, agar cemasku saat itu berhenti. Saat itu aku sangat ingin berada disampingmu. Ada yang bilang saat kamu benar-benar sayang pada seseorang, rasa sakit orang itu juga terasa olehmu, seolah kamu dan dia memiliki satu jiwa.
Arwan menyuruhku tenang, setelah aku tenang ia bisa beristirahat dengan tenang katanya. Aku juga bertanya apakah sudah diobati? Katanya sudah dipijat ayahnya. Makasih untuk ayah Arwan.
Temen Arwan : kamu lak pacare Arwan se
Adilla : what?
Temen Arwan : iyo kan. Lah pas itu vidcall di sekolah
Adilla : bukan berarti pacar kan :v
Temen Arwan : tapi Arwan mesti cerita tentang kamu ke temen-temen ku
Adilla : cerita apa? :v :3
Adilla : eh ya, kenalin namaku dilla, namamu?
Temen Arwan : namaku an-nisa a.w
Temen Arwan : panggilanku tapi a.w soalnya banyak yang namanya annisa
Adilla : oh(salam kenal
Temen Arwan : iyaa :v
Adilla : tapi kan kamu cewek. Masa Arwan cerita ke cewe :v
Temen Arwan : emmm enggak
Temen Arwan : ke cowok-cowok
Temen Arwan : tapi bangku sekitarnya Arwan
Temen Arwan : sering kedenger
Cemasku sedikit mereda setelah berbalas pesan dengan teman Arwan. Membicarakan Arwan selalu membuat moodku baik, mendengar namanya saja aku sangat berantusias. Katanya Arwan sering cerita tentang aku ke teman-temannya, cerita apa dia? Apakah cerita bahwa aku ini seorang jelmaan dari unicorn warna-warni yang sangat imut dan menggemaskan? Haha Arwan semakin manis, membuatku semakin tak ingin kehilangannya.
Seperti biasa, setiap pulang sekolah Arwan menghubungiku. Saat itu aku masih di masjid, selesai sholat ashar. Menerima telfon Arwan. Katanya dia belum sholat ashar, karena masih belum bel pulang, kasian, hehe.
Saat aku sedang asik berbicara dengan Arwan, aku terlonjak, tiba-tiba saja ada yang menyaut hp ku, kufikir guru, ternyata temanku, Amin. Aku sebal dengannya, dia selalu terlalu mencampuri segala urusanku, dia sangat terobsesi denganku. Aku tak suka itu.
Tapi untunglah bukan guru yang mengambil hp ku dengan tiba-tiba. Tapi aku tetap sebal, bagaimana tidak? Jika saat itu Amin dengan sengaja merebut hp ku dan berbicara dengan Arwan.
“halo, aku Amin”
“temannya dilla”
Aku segera merebut hp ku kembali dan menatap tajam Amin, “gak sopan!” aku menjauh.
“halo wan, maaf wan maaf, itu tadi Amin temenku usil, maaf, dia bukan siapa-siapaku kok” aku benar-benar takut Arwan tak percaya padaku.
“Amin? Siapa itu? jangan dekat-dekat dia”
“iya wan, sudahlah lupakan dia”
Aku dulu mungkin sangat tertutup dengan Arwan, aku jarang bahkan hampir tak pernah bercerita tentang masalah-masalahku. Aku hanya tak ingin membawanya dalam masalah yang aku alami. Sungguh sebenarnya aku selalu risih dengan segala chat yang masuk selain dari Arwan. Pesan-pesan yang tidak penting, dan tentunya dari cowok-cowok yang gak penting.
Bukannya aku ingin memamerkan diri, atau membanggakan diri, dulu faktanya memang banyak yang mau denganku. Amin termasuk kedalamnya, dia bahkan yang terobsesi denganku mulai dari kelas 7.
Lalu juga ada saja mantan-mantan yang meminta ingin balikan, aku bicara fakta tentang ini. Aku berjuang bertahan pada Arwan, menahan agar perasaanku pada Arwan tetap utuh dikala banyak godaan. Ditambah lagi adek kelas yang dengan tidak sungkan menyatakan perasaannya, walau dia sudah tau aku menyukai orang lain.
Aku lelah dengan semua itu. aku hanya ingin Arwan.
“lagian sehebat apa dia sampai kamu menolak semua?” menekuk tangan di depan dada.
“aku gak bisa jawab...” aku bingung.
Kak Else benar-benar penasaran pada Arwan.
“dia cowok biasa kak El, bahkan mungkin tak lebih baik dari para cowok yang aku tolak, dia tak begitu tampan, tapi aku yakin kak El, dia punya rasa yang lebih dari sekedar rasa, dia punya pribadi yang baik, dan dia punya aku” aku tak tahu tiba-tiba kalimat itu keluar dengan gamblang dari mulutku. Bahkan aku merasa bukan menjadi dirku sendiri.
Aku lihat kak Else menyimak dalam-dalam kalimatku, ia seperti pendengar yang baik, mampu merasakan apa yang aku rasakan. Dia tersenyum padaku, “hmm, jadi kamu udah paham ginian ya, haha” aku tersipu malu dengan ucapan kak Else.
Malamnya aku masih berfikir, apakah Arwan percaya padaku? Amin bukan siapa-siapaku. Semoga saja dia bisa melupakan kejadian tadi. Aku paham saat itu, aku mulai takut kehilangan Arwan, ternyata begini rasanya menjadi Arwan yang takut kehilangan.
Aku teringat ultahnya, tanggal 25 oktober katanya, berbeda 5 hari denganku, aku tanggal 30 oktober. Aku membuka buku diary-ku dan mencatat segala hal yang akan kupersiapkan untuk ultahnya nanti, aku ingin membuat surprize untuknya, aku ingin dia merasa senang, dan jadi kenangan yang akan ia ingat.
“niat banget, haha”
Aku membalas dengan tawa. Ya inilah diriku, jika sudah bersungguh-sungguh memang selalu niat, aku hanya ingin memberi yang terbaik untuk Arwan. Aku meminta bantuan Fathur dan kak Wulan.
3 Oktober 2017. Kalau gak salah ditanggal itu, saat aku melihat profil Arwan, ia mengubah statusnya menjadi kenyot’s. Aku sangat senang mengetahui itu, artinya memang aku sudah jadi miliknya, dengan itu pula agar jika ada yang mendekatinya tau bahwa dia sudah punya seseorang.
Aku tak langsung mengubah statusku juga, aku menunggu beberapa hari, sampai pada tanggal 9 Oktober 2017, baru aku mengganti statusku dengan tulisan klutik.
Bagaimana respon Arwan saat itu?
Bahkan ternyata ia juga membuat fotoku dengan dia sebagai wallpaper chatnya, aku merasa sangat dicintai, begitu banyak bukti bahwa perasaannya benar padaku, tapi terkadang aku masih saja mencari kepastian, seperti rasanya bagiku semua itu selalu tak cukup. Aku minta maaf akan sikapku saat itu.
Melihat Arwan yang seperti itu, aku membuat fotoku dengan dia sebagai tampilan hp dan memposting-nya di instagram, dia comment “unch”, banyak comment bermunculan, tapi aku tak terlalu menanggapinya, hanya memberi tanda suka pada comment yang Arwan beri.
-via whatsapp Arwan-
Adilla : aku gak suka gombalan
Arwan : sukanya apa?
Arwan : kepastian?
Arwan : pasti-pasti, tapi bukan sekarang
Arwan : sabar
Padahal aku mau menjawab ‘sukanya kamu’ tapi dia sudah nyepam begitu, yasudah aku hanya diam, aku pegang kata-kata Arwan ‘pasti-pasti, tapi bukan sekarang’ itu artinya suatu saat nanti.
Arwan suka lagu imagination-nya Shawn Mendes, aku gak nyangka dia juga suka Shawn Mendes. Aku lebih suka, bahkan playlist ku penuh lagu Shawn Mendes. Katanya, lagu itu sama kayak yang ia rasain. Aku malah merasa lagu itu lebih aku yang ngerasain. Arti lagu itu mendalam, aku suka semua lagu Shawn Mendes, karena semua pernah aku rasakan.
Aku menyadari satu hal, jika kita dekat dengan seseorang, kita akan perlahan mengetahui hal-hal yang belum pernah kita ketahui dari orang tersebut.
Aku ingat saat aku membahas orang yang pernah ia sukai, ia tak mau membahasnya lebih lanjut, lalu ia memberi gombalan padaku,
Arwan : kamu punya penghapus sama pensil?
Adilla : nggak
Arwan : yah gak enak i
Adilla : lah trus gimana?
Arwan : jawab o buat apa
Adilla : iya wes
Adilla : buat apa?
Arwan : penghapus buat menghapus masa laluku dengan dia,
Pensil buat menulis masa depan kita :v
Adilla : kita? Kamu aja :v
Arwan : aaa gak enak dilla digombali
Adilla : lagi-lagi
Arwan : hmmm, bentar
Arwan : kamu tau kenapa pelangi Cuma setengah?
Adilla : kenapa?
Arwan : soalnya separuhnya ada dimatamu
Adilla : haha, emang tau? Kapan liatnya
Arwan : di mimpi
Apa Arwan sebal saat itu? haha, aku bersikap seolah anak polos yang tak pernah digombali. Habisnya Arwan lucu, selalu ada-ada saja. Dia selalu berhasil membuatku tertawa.
Dia rajanya gombal, aku seorang puitis. Lengkap sudah, begitu kata teman-temanku saat aku bercerita tentang Arwan. Jadi ingat pada saat itu aku memberinya sebuah sajak sederhana.
Wajah hitam yang manis,
Bibir yang membentuk lekukan hangat,
Suara berat yang tentram,
Langkah kaki yang mantap,
Semua itu menciptakan benih rindu,
Membuatku tak ingin berlalu,
Namun mendatangkan pilu.
Sajak sederhana, tak seindah milik Chairil Anwar. Maafkan aku wan, sajakku mungkin tak ada indah-indahnya. Namun ya itulah yang bisa aku gambarkan tentangmu, dan hampir setiap hari aku takut kau akan pergi meninggalkanku. karena diriku ini, diriku yang tak seperti kau harapkan. Aku berusaha menjadi yang terbaik wan.
11 Oktober 2017. Malam itu, aku sedikit cemas dengan snap whatsapp milik Arwan, dia seperti sedang sakit, tapi aku berusaha positif thinking. Namun saat aku chat dengan Arwan, ia bilang ia sedang gagar otak. Aku sebal dengannya, aku merasa ia hanya bercanda. Jika ia sedang gagar otak, tak mungkin ia bisa berbalas pesan denganku.
Tapi tiba-tiba muncul sebuah pesan dari nomor tidak dikenal,
-via whatsapp 0838XXX-
0838XXX : hai...ini temannya Arwan
Adilla : laki? Cewek?
0838XXX : cewek
0838XXX : emmm...anu
0838XXX : aku sama Arwan disuruh jelasin ke kamu yang tentang dia tadi jatuh di lapangan
Adilla : beneran itu?
0838XXX : beneran hee
Aku langsung cemas saat itu, apa benar? Aku menyimpan nomor itu, tambahkan kontak, temen Arwan.
Temen Arwan: jadi, tadi pas aku or kasti.. pas aku mau home run pas ada musuh,
Itu aku kan bingung.. terus tiba-tiba ada Arwan lari dibelakangku.. tapi aku
gatau.. akhirnya dia nabrak aku terus jatuh
Temen Arwan : lah jatuhnya itu pas kepalanya dulu
Temen Arwan : nah aku kan takut lek ada apa-apa
Temen Arwan : soale aku yang ketabrak
Temen Arwan : jadi.. kamu percaya o ke Arwan
Jadi bener? Arwan habis jatuh? Maafkan aku yang tak mempercayaimu waktu itu, hingga membuat kamu meminta pada temanmu untuk menjelaskan semuanya. Sungguh saat itu aku merasa sangat salah telah tak percaya padamu.
Adilla : trus waktu itu keadaan dia gimana?
Temen Arwan : ya kayak kaget gitu
Temen Arwan : akunya juga kaget
Temen Arwan : tapi gapapa kok udahaan
Adilla : owalah oke makasih penjelasannya
Temen Arwan : okee.. maaf yo
Temen Arwan : kamu lak pacare Arwan se
...2 pesan belum dibaca...
Aku langsung mengirim pesan pada Arwan, aku benar-benar cemas walau sebenarnya itu hanya luka biasa, tapi aku takut sesuatu terjadi padanya. Aku menyuruhnya istirahat. Maafkan aku wan, maaf jika saat itu aku tak mempercayaimu, aku hanya tak suka jika kau bercanda dengan penyakit. Aku takut kamu hilang.
Malam itu aku masih saja cemas, aku cerita pada Amin, karena saat itu yang ada hanya dia. Kuharap Arwan sedang istirahat.aku benar-benar cemas, tak tahu apa yang harus kulakukan, aku hanya bisa menatap layar handphone. Mengetahui berita itu aku ingin langsung berlari ke rumahnya. Mungkin kalian bisa menilai aku berlebihan, tapi bukankah jika kita mengetahui orang yang sangat kita sayang sedang mengalami suatu hal, kita akan sangat cemas.
Kata Arwan aku tak boleh cemas, jika aku cemas, ia akan lebih sakit. Beri aku cara wan, agar cemasku saat itu berhenti. Saat itu aku sangat ingin berada disampingmu. Ada yang bilang saat kamu benar-benar sayang pada seseorang, rasa sakit orang itu juga terasa olehmu, seolah kamu dan dia memiliki satu jiwa.
Arwan menyuruhku tenang, setelah aku tenang ia bisa beristirahat dengan tenang katanya. Aku juga bertanya apakah sudah diobati? Katanya sudah dipijat ayahnya. Makasih untuk ayah Arwan.
Temen Arwan : kamu lak pacare Arwan se
Adilla : what?
Temen Arwan : iyo kan. Lah pas itu vidcall di sekolah
Adilla : bukan berarti pacar kan :v
Temen Arwan : tapi Arwan mesti cerita tentang kamu ke temen-temen ku
Adilla : cerita apa? :v :3
Adilla : eh ya, kenalin namaku dilla, namamu?
Temen Arwan : namaku an-nisa a.w
Temen Arwan : panggilanku tapi a.w soalnya banyak yang namanya annisa
Adilla : oh(salam kenal
Temen Arwan : iyaa :v
Adilla : tapi kan kamu cewek. Masa Arwan cerita ke cewe :v
Temen Arwan : emmm enggak
Temen Arwan : ke cowok-cowok
Temen Arwan : tapi bangku sekitarnya Arwan
Temen Arwan : sering kedenger
Cemasku sedikit mereda setelah berbalas pesan dengan teman Arwan. Membicarakan Arwan selalu membuat moodku baik, mendengar namanya saja aku sangat berantusias. Katanya Arwan sering cerita tentang aku ke teman-temannya, cerita apa dia? Apakah cerita bahwa aku ini seorang jelmaan dari unicorn warna-warni yang sangat imut dan menggemaskan? Haha Arwan semakin manis, membuatku semakin tak ingin kehilangannya.
Komentar
Posting Komentar