Pernah dekat
PROLOG
Agustus, 2017. Aku makhluk bumi, bukan makhluk mars. Mengingat bahwa manusia ingin hidup di planet mars, sungguh tak cukupkah bumi ini bagi mereka? Biar mereka saja di mars sana, aku tetap di bumi, dengan perasaan yang sama yaitu cinta.
Aku tentu punya nama, panggil saja Dilla. Kalian tak perlu tahu nama panjangku, karena aku tahu kalian tak akan memanggilku dengan nama panjang. Cerita bermula pada bulan Agustus di tahun 2017.
Bulan Agustus, bulannya kemerdekaan indonesia tepat pada tanggal 17. Pasti di kota bahkan desa terdapat suatu organisasi, biasanya diberi nama karang taruna atau muda-mudi. Beranggotakan para remaja, mereka biasanya mempersiapkan peringatan 17 Agustus di daerahnya, dan aku termasuk anggota didalamnya.
Karang Taruna di tempatku, daerah polehan, jalan nakula Rt. 03 dan Rw. 05. Diberi nama POJERTEU (pojok erte telu) ini bahasa jawa ya. Aku bukan anggota lama, baru saja aku bergabung. Semua berawal dari sini.
Malam itu, malam pertama aku berkumpul dengan anggota POJERTEU, aku juga baru mengenal siapa ketua, dan lainnya. Begitupun ketuanya bernama mas Baggas, mengenalkanku pada anggota lain. “bukannya itu Arwan? Jadi, dia ikut karang taruna juga?” batinku dalam hati, saat melihat sosok laki-laki berkulit sawo matang, dengan rambut ikal, dan tinggi. Ada sedikit rasa senang saat melihatnya, entahlah kenapa, padahal aku juga sering melihatnya di mushola, biasanya saat sholat tarawih di bulan puasa.
Aku tersenyum pada semua orang yang ada di ruangan itu. selama perlombaan ibu-ibu dimulai, dari awal acara, sampai akhir, entah kenapa pandanganku tertuju pada Arwan. Mungkin ini rasa rindu karena lama tak bertemu, namun sedari dulu aku tak pernah berbicara dengannya. Entahlah.
“matanya teduh, cara berjalannya indah, senyumnya manis, dan dia berbeda dari yang lainnya” batinku lagi sambil memerhatikannya.
Saat pulang-pun aku masih memikirkannya. Kubuka buku diary-ku dan mulai menuliskan sajak-sajak. Dia tiba-tiba saja memenuhi pikiranku.
“dia sudah masuk grup pojerteu belum ya?” bertanya pada diri sendiri dan mencari kontak Arwan di grup wa pojerteu, “yah, kok gk ketemu, ini nomernya siapa aja lagi?” mematikan hp dan menghempaskan badan diatas kasur, menatap langit-langit kamar dengan pikiran yang melayang-layang memikirkan Arwan.
Lalu aku beranjak, menyalakan lagunya isyana sarasvati yang berjudul terpesona. Entah aku merasa lagu itu tepat dengan apa yang kurasakan sekarang, aku kembali menghempaskan badanku, dan lama-kelamaan terlelap.
Agustus, 2017. Aku makhluk bumi, bukan makhluk mars. Mengingat bahwa manusia ingin hidup di planet mars, sungguh tak cukupkah bumi ini bagi mereka? Biar mereka saja di mars sana, aku tetap di bumi, dengan perasaan yang sama yaitu cinta.
Aku tentu punya nama, panggil saja Dilla. Kalian tak perlu tahu nama panjangku, karena aku tahu kalian tak akan memanggilku dengan nama panjang. Cerita bermula pada bulan Agustus di tahun 2017.
Bulan Agustus, bulannya kemerdekaan indonesia tepat pada tanggal 17. Pasti di kota bahkan desa terdapat suatu organisasi, biasanya diberi nama karang taruna atau muda-mudi. Beranggotakan para remaja, mereka biasanya mempersiapkan peringatan 17 Agustus di daerahnya, dan aku termasuk anggota didalamnya.
Karang Taruna di tempatku, daerah polehan, jalan nakula Rt. 03 dan Rw. 05. Diberi nama POJERTEU (pojok erte telu) ini bahasa jawa ya. Aku bukan anggota lama, baru saja aku bergabung. Semua berawal dari sini.
Malam itu, malam pertama aku berkumpul dengan anggota POJERTEU, aku juga baru mengenal siapa ketua, dan lainnya. Begitupun ketuanya bernama mas Baggas, mengenalkanku pada anggota lain. “bukannya itu Arwan? Jadi, dia ikut karang taruna juga?” batinku dalam hati, saat melihat sosok laki-laki berkulit sawo matang, dengan rambut ikal, dan tinggi. Ada sedikit rasa senang saat melihatnya, entahlah kenapa, padahal aku juga sering melihatnya di mushola, biasanya saat sholat tarawih di bulan puasa.
Aku tersenyum pada semua orang yang ada di ruangan itu. selama perlombaan ibu-ibu dimulai, dari awal acara, sampai akhir, entah kenapa pandanganku tertuju pada Arwan. Mungkin ini rasa rindu karena lama tak bertemu, namun sedari dulu aku tak pernah berbicara dengannya. Entahlah.
“matanya teduh, cara berjalannya indah, senyumnya manis, dan dia berbeda dari yang lainnya” batinku lagi sambil memerhatikannya.
Saat pulang-pun aku masih memikirkannya. Kubuka buku diary-ku dan mulai menuliskan sajak-sajak. Dia tiba-tiba saja memenuhi pikiranku.
“dia sudah masuk grup pojerteu belum ya?” bertanya pada diri sendiri dan mencari kontak Arwan di grup wa pojerteu, “yah, kok gk ketemu, ini nomernya siapa aja lagi?” mematikan hp dan menghempaskan badan diatas kasur, menatap langit-langit kamar dengan pikiran yang melayang-layang memikirkan Arwan.
Lalu aku beranjak, menyalakan lagunya isyana sarasvati yang berjudul terpesona. Entah aku merasa lagu itu tepat dengan apa yang kurasakan sekarang, aku kembali menghempaskan badanku, dan lama-kelamaan terlelap.
Komentar
Posting Komentar