Postingan

PUISI-PUISI YANG TAK SEMPAT TERSAMPAIKAN

Sisa Hidupku Malam gelap tanpa bintang gemerlap, Berpangku tangan dengan suasana hati yang tak berarti, Terlukis kenangan sepasang mata saling tatap, Diselimuti hati getir yang menanti, Lalu harapan yang menggantung di atap, Setangkai mawar yang telah layu, Cerita usai berjalan berlalu, Tubuh dijerat rindu membelenggu, Hambar hidup yang terjatuh, Sepotong hati yang mati, Dinding besipun telah runtuh, Kau tusukkan belati lalu pergi.                                     ... Meringkuk Meringkuk-ringkuk diriku bagai kumbang, Terbang kesana kemari tiada arah, Lalu layu bagai bunga yang tak kunjung kembang, Sertakan angin yang menghempas keluar jendela, Apakabar benih cinta yang kau tebar, Begitu juga dengan rindu palsu, Yang menenggelamkan jiwa, Lalu mematikan rasa, Serta menyesakkan dada.                         ...

TANPANYA

 1 Desember 2017, Selamat datang desember, Desember yang akan kulewati tanpanya. Pupus sudah gambaran akhir tahun yang ku impikan. Tak apa, aku masih bisa menikmati jagung bakar dengan rasa pedas manis yang masih hangat. Lalu tersajikan sosis-sosis bakar dengan disandingi roti bakar yang didalamnya terdapat keju mozarela yang lembut. Aku-pun masih dapat mendengar lantunan musik-musik dengan earphone di telinga. Atau aku memilih memainkan gitar untuk menanti tengah malam datang. Aku juga punya waktu memejamkan mata sejenak, lalu tenggelam dalam senyap keremangan malam, bernostalgia sebentar saja, untuk mengingat apa saja yang pernah terjadi ditahun itu, sebelum aku menginjak tahun yang baru. Tentu saja harus menjadi sosok yang lebih baik. Dan saat tiba tengah malam, aku bisa melihat semburat kembang api di langit yang membuat bintang-bintang menari, akan ku hikmad-i suara-suara bising itu, dengan menyesap green tea atau coklat panas, memedamkan api yang selalu mengobarkanku...

KEPERGIANNYA

  3 November 2017, malam itu, aku dan Arwan bertengkar, entah siapa yang salah. Mungkin aku, aku yang terlalu berlebihan padanya. Ia menjadi sedikit menghindar dariku, saat itu aku benar-benar emosional. Aku juga malas berbalas pesan dengannya, ia tak lagi peduli padaku, perubahan yang terasa padanya kembali.  Aku berfikir daripada aku sibuk memikirkannya, lebih baik aku mencari ketenanganku sendiri, kebetulan saat itu Aga mengirimkan beberapa pesan untukku, kurasa dialah yang ada untukku saat itu. -via whatsapp Aga- Aga : malam Adilla : malam juga Aga : lagi apa? Adilla : chat sama kamu? Aga :Ooo, hanya aku? Adilla : mungkin iya. Dapet nomer ku dari mana? Aga : dari hatimu:v Adilla : basi ...1 pesan belum dibaca...  Aku malas membalas pesannya, aku tak mood apapun malam itu, aku mematikan handphone, berbaring sambil terus memikirkan Arwan, sungguh aku ingin membuang jauh-jauh fikiranku tentangnya, aku merasa sangat membencinya, juga merasa masih ingin den...

USIA DI 15 TAHUN 2

USIA DI 15 TAHUN 2  30 Oktober 2017, sebangun dari lelapku, melihat handphone dan muncul beberapa notif pesan. Aku berharap itu dari Arwan, dan ya itu benar ucapan ultah darinya, aku sedikit merasa menyayangkan hal itu, faktanya walaupun Arwan mengucapkan tepat pada jam 00.00, tetap saja bukan dia orang yang pertama mengucapkannya.  Kak Danny, dia yang pertama dari semua orang, jauh sebelum hari itu kak Danny sudah mengucapkan dan dia memang orang pertama, orang yang pertama memberiku cinta. lagian tak peduli siapa yang pertama, aku sudah merasa senang saja dengan ucapan Arwan. “selamat ulangtahun Dillacuuu!” teriak Sari memekakkan telingaku, dasar memang, pagi-pagi sudah membuat keributan.  Aku tersenyum sumringah melihat sahabat ku itu sangat antusias. “ciee...tambah tua aja!” menyenggol bahu, aku tertawa.  Tiba-tiba ia menodongkan sebatang coklat di depanku, “makasih Saricuuu!” meraih sebatang coklat itu, dia tertawa, entah kenapa aku merasa aneh pa...

USIA DI 15 TAHUN

Gambar
USIA DI 15 TAHUN   21 Oktober 2017 , 4 hari lagi ulang tahun Arwan. Hari itu aku ditemani Safitri, sahabatku. Kebetulan dia tahu tentang kedekatanku dengan Arwan. Ia bersedia menemaniku mencari keperluan untuk surprised di hari ulang tahun Arwan.  Aku juga mencari foto-foto lama Arwan di akun facebok-nya. Wajahnya polos, hanya semakin terlihat dewasa saja. Fotonya akan aku buat snap dan ucapan selamat ulang tahun tepat pada jam 00.00 di tanggal 25 Oktober nanti. Hari itu, aku pergi ke beberapa toko, mencari sebuah hadiah yang tepat untuk Arwan. Sudah banyak toko yang kujajahi, hingga akhirnya dapat. Aku ingin foto di perumahan BTU, aku mengajak temanku itu naik angkot ckl menuju BTU.  Saat itu sampai di BTU pukul 16.23 WIB. Aku mengalami masalah, saat memfoto Safitri, tiba-tiba 3 sepeda motor menepi, 3 sepeda motor itu diisi 3 anak laki-laki. 2 anak turun dan seperti berjalan ke arah ku, aku tak ada fikiran negatif pada anak itu, tubuhnya tinggi, seperti seumuran anak...

CEMAS

CEMAS  Seperti biasa, setiap pulang sekolah Arwan menghubungiku. Saat itu aku masih di masjid, selesai sholat ashar. Menerima telfon Arwan. Katanya dia belum sholat ashar, karena masih belum bel pulang, kasian, hehe.  Saat aku sedang asik berbicara dengan Arwan, aku terlonjak, tiba-tiba saja ada yang menyaut hp ku, kufikir guru, ternyata temanku, Amin. Aku sebal dengannya, dia selalu terlalu mencampuri segala urusanku, dia sangat terobsesi denganku. Aku tak suka itu.  Tapi untunglah bukan guru yang mengambil hp ku dengan tiba-tiba. Tapi aku tetap sebal, bagaimana tidak? Jika saat itu Amin dengan sengaja merebut hp ku dan berbicara dengan Arwan. “halo, aku Amin” “temannya dilla”  Aku segera merebut hp ku kembali dan menatap tajam Amin, “gak sopan!” aku menjauh. “halo wan, maaf wan maaf, itu tadi Amin temenku usil, maaf, dia bukan siapa-siapaku kok” aku benar-benar takut Arwan tak percaya padaku. “Amin? Siapa itu? jangan dekat-dekat dia” “iya wan, sudahlah l...

BIMBANG KEPASTIAN

BIMBANG KEPASTIAN  Hari semakin berlalu, Arwan selalu memberiku kabar, bahkan selalu menelefon ataupun video call saat pulang sekolah.  Aku selalu menunggu jam terakhir untuk menerima telfon atau vidcallnya, aku biasanya menunggu di masjid sekolah ataupun depan sekolah sebelah kanan yang dekat dengan lapangan sebelah. Disitu aku biasanya berdiri saat menerima telfon darinya. Selalu ada saja yang ia bicarakan. “gimana ptsnya?” “pts? Gampang?” “gada yang sulit?” “gak sulit, gak takut. Aku takutnya kehilangan kamu” terdengar suara tawa dari sana.  Aku kaget dengan jawabannya, ia selalu bisa membuatku malu-malu sendiri, bahkan seperti orang tidak waras karena senyum-senyum sendiri. Aku pura-pura tidak mendengarnya, sungguh saat itu aku ingin mendengarnya lagi. “apa-apa wan? Gak denger!” sedikit mengeraskan suara “yah, gimana seh, cantik-cantik budek,” terdengar suara tawa lebih keras. “apa sih wan? Gak dengerrrr!” menekan kata denger. “besok lagi, aku udah dijem...